Kamis, 12 Januari 2017

Pentingnya Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa SMP/Mts dalam Pembelajaran IPA

UAS TELAAH KURIKULUM SMP
Rahmah Fauziah
11140161000032
Biologi 5A
Tema : Keterampilan Abad 21 dan Kurikulum IPA
 


Pentingnya Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa SMP/Mts dalam Pembelajaran IPA


Pada kesempatan kali ini, penulis akan memberikan opini yang bertemakan Keterampilan Abad 21 dan Kurikulum IPA. Penulis memilih tema tersebut karena sangat menarik untuk ditelusuri secara lebih luas serta agar dapat membuka wawasan kepada para pembaca khususnya para pendidik tentang pentingnya meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada siswa di jenjang SMP/MTs di era globalisasi ini. Karena sangat disayangkan jika para pendidik tidak melakukan hal tersebut kepada para siswa yang bisa saja mereka mempunyai keterampilan-keterampilan tersebut pada diri mereka, namun tidak dikembangkan sehingga dapat menimbulkan rasa acuh tak acuh bahkan malas untuk berpikir. Nah, untuk itu penulis akan mengungkapkan opini-opini dari berbagai jurnal untuk ditelaah lebih lanjut.
Abad 21 merupakan abad globalisasi yang menuntut manusia untuk memiliki keterampilan-keterampilan guna memecahkan masalah, mencari alternatif solusi pemecahan masalah, dan berpikir reflektif serta evaluatif. Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan keterampilan-keterampilan berpikir yang salah satunya meliputi keterampilan berpikir kritis. yang merupakan bagian dari kecakapan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan khususnya di jenjang SMP/MTs. Keterampilan berpikir inilah yang sangat penting untuk dikembangkang pada siswa agar mereka dapat bertahan dan berkompetisi dalam persaingan global. Materi IPA yang selalu mempelajari tentang objek dan fenomena alam merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berpikir. Hal ini disebabkan karena mempelajari materi tersebut dapat dipahami melalui proses berpikir khususnya berpikir kritis. Pembelajaran IPA bertujuan untuk mengasah kemampuan pada aspek kognitif produk dan proses, keterampilan ilmiah yang salah satunya adalah keterampilan berpikir, serta diikuti sikap mulia. Pembelajaran IPA sangat potensial untuk mengasah keterampilan berpikir, sehingga melalui proses penemuan fenomena alam, siswa belajar mengevaluasi, membuat ide-ide baru yang inovatif.

Keterampilan berpikir kritis merupakan suatu keterampilan untuk menganalisis situasi yang kompleks dengan menggunakan objektifitas dan konsistensi sebagai standar. Dalam hal ini, siswa dituntut agar mampu menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya dengan sendiri kemudian siswa juga dituntut untuk mengungkapkan, menganalisa serta menyelesaikan masalah tersebut. Berpikir kritis membutuhkan intepretasi dan evaluasi dari suatu pengamatan, komunikasi dan sumber informasi lainnya. Berpikir kritis juga membutuhkan kemampuan dalam membuat asumsi, membuat suatu hubungan, dan mengambil kesimpulan. Menurut Beyer (1985), kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan yang relevan dari yang tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) memengidentifikasi sudut pandang, (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
Proses pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa berpotensi melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir. Pada proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa dituntuf aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman pribadi dan pengetahuan yang dimilikinya, dengan bimbingan guru. Guru memberikan kebebasan berpikir dan bertindak kepada siswa dalam memahami pengetahuan dan memecahkan masalah. Guru memberikan fasilitas melalui penyediaan pengalaman belajar yang dapat merangsang siswa bertanggungjawab membuat rancangan, proses, dan eksperimen, pemberian kegiatan yang merangsang siswa mengekspresikan gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka, dan penyediaan sarana yang merangsang siswa berpikir secara kritis.
Namun, sangat disayangkan, banyak kasus yang terjadi seperti siswa yang tidak menggunakan kemampuan berpikir kritis tersebut. Banyak siswa yang datang ke sekolah hanya ‘mendengarkan’ penjelasan guru saja ‘tanpa berpikir’. Saat ujian, siswa tersebut hanya mengandalkan kemampuan menghapal materi yang telah diajarkan. Cara belajar yang seperti ini merupakan cara belajar yang salah walaupun siswa tersebut menjawab pertanyaan pada ujian dengan benar tetapi ia tidak mengerti apa yang dimaksud dari pertanyaan tersebut. Jika ditanya apakah mereka masih ingat materi yang telah diajarkan atau tidak, maka tidak heran mereka sudah lupa apa yang mereka pelajari. Dalam hal ini, guru harus mampu memberikan tataran kepada siswa berupa arahan-arahan agar kedepannya siswa tersebut tidak hanya mendengarkan materi saja namun mereka berpikir sekaligus menelaah materi yang telah diajarkan kepada mereka. Sehingga siswa dapat membangun sendiri pengetahuan yang dibutuhkan dan diminatinya.

Sebenarnya para guru telah menyadari bahwa pentingnya memberikan pembelajaran berpikir agar anak menjadi cerdas, kritis dan kreatif dan mampu memecahkan masalah. Kesadaran ini juga yang mendasari pengembangan kurikulum di Indonesia yang lebih mengedepankan pembelajaran yang kontekstual.  Akan tetapi, beberapa guru belum serius menerapkan hal tersebut kepada para siswa. Pembelajaran yang diharapkan hendaknya memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis siswa tercermin dari hasil tes yang diperoleh dari pembelajaran sebelumnya yang menunjukkan bahwa pada umumnya keterampilan berpikir kritis yang dimiliki siswa masih tergolong rendah. Selain itu, siswa belum dibiasakan dalam kasus memecahkan masalah yang lebih kompleks untuk menguji kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Permasalahan yang telah dipelajari siswa masih sebatas latihan soal untuk ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester.

Dalam proses pembelajaram, guru hanya memberikan pengetahuannya saja kepada para siswa dan siswa tersebut harus membangun pengetahuannya sendiri dengan menggunakan otaknya untuk berpikir. Menurut Nur (1999), guru sebaiknya hanya memberi “tangga” yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. Dalam hal ini, guru dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuan siswa tersebut dengan cara memberikan kesempatan untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide atau gagasan dengan mengajak mereka agar secara sadar mereka menggunakan cara mereka sendiri. Diskusi merupakan cara efektif untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini disebabkan karena melalui diskusi, siswa dapat berbagi pendapat, berpikir perspektif, mendapatkan pengalaman, belajar mempertimbangkan, menolak atau menerima pendapat sendiri atau orang lain.
Terlihat bahwa keterampilan berpikir kritis dapat dilatih melalui pembelajaran IPA. Sebagai contoh, ide-ide dimunculkan dengan melibatkan siswa pada pertanyaan-pertanyaan terbuka serta kesempatan berdiskusi. Keterampilan relasi dimunculkan dengan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menganalisis keterhubungan suatu kejadian baik alat maupun proses dengan konsep IPA. Sintesis dapat dimunculkan dengan penugasan yang menjadikan para siswa menggabungkan unsur-unsur materi pembelajaran yang diwujudkan berupa laporan tertulis atau gambar. Inferensi dimunculkan dengan memberi kesempatan kepada para siswa untuk membuat kesimpulan dari materi dan kegiatan yang telah mereka pelajari dan lakukan.

Sebaiknya, untuk para guru mulai meningkatkan keterampilan berpikir kritis kepada para siswa khususnya di jenjang SMP/MTs. Karena hal ini sangat penting untuk masa depan mereka. Para guru juga perlu melakukan refleksi diri tentang cara mengajar mereka dalam mempersiapkan para siswa untuk mempertahankan eksistensinya di era globalisasi ini. Dengan begitu para siswa dapat mengembangkan pola berpikir mereka, karena mereka adalah generasi penerus bangsa yang akan menghadapi dunia yang penuh dengan tantangan dan permasalahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar